Soto Ayam Madura

Penjual dan Pembeli Soto Ayam Madura yang Tertukar

Saya akui, popularitas soto Madura di Jabodetabek memang kalah dengan soto dari daerah lain. Misal soto Bogor, soto Lamongan, dan soto Betawi.

Kenapa saya menyimpulkan hal tersebut. Sebab, selama merantau 5 tahun di Depok, dari tahun 2015-2020. Saya nggak pernah menemukan yang namanya warung soto Madura.

Berbeda dengan sate dan bebek bumbu hitam khas Madura. Dua makanan ini hampir mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan.

Sampai akhirnya, nggak jauh dari daerah kosan saya. Kala itu di daerah Sawangan Permai, Depok. Ada warung soto baru. Jelas terpampang di bagian gerobaknya ada tulisan ‘Soto Madura’.

Namun ada yang sedikit aneh, secara lengkap tulisannya adalah ‘Soto Ayam Madura’. Saya bertanya-tanya sendiri? Emang ada ya soto ayam Madura? Setahu saya soto di Madura itu rata-rata pakai daging sapi.

Seperti Apa Rasa dari Soto Ayam Madura?

Kebetulan saya merantau berdua dengan salah seorang saudara dekat. Nah, saudara saya ini adalah penggemar soto ayam.

Rupanya dia juga melihat warung soto ayam Madura yang baru beroperasi itu. Dia pun mengajak saya untuk mencicipinya. Saya setuju, karena saya penasaran, soto ayam Madura itu kayak apaan?

Sesampainya di warung soto Ayam Madura tersebut, kami langsung memesan dua mangkok soto dengan 2 gelas es teh manis. Sengajalah kami memesan menggunakan bahasa Indonesia dulu. Biar nggak ketahuan kalau kami orang Madura. Soalnya kami sekalian mau melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum bertanya-tanya.

Nggak lama setelah menunggu, pesanan kami pun datang. Melihat apa yang disuguhkan penjual kepada kami. Saya dan saudara saling lirik-lirikan. Ketika penjual telah meninggalkan kami, saudara saya berbisik, ‘ini mah soto Lamongan, bukan soto Madura’.

Sambil menahan tawa, kami mulai menambahkan kecap dan sambal pada soto ayam Madura kami yang ternyata itu adalah soto Lamongan. Kalau orang Jabodetabek sering menamainya dengan soto Surabaya.

Kok bisa kami seyakin itu? Soalnya secara tampilan dan rasa, bener-bener persis sama dengan soto Lamongan. Mana pakai koya segala lagi. Udah jelas itu ciri khasnya soto Lamongan, kan?.

Penjual dan Pembeli yang Tertukar

Ya, ini bukanlah persoalan besar, sih. Cuma saya dan saudara merasa lucu aja. Serta masih mempertanyakan kenapa penjualnya memilih label ‘soto ayam Madura’ ketimbang ‘soto Lamongan’ atau ‘soto Surabaya’.

Makanya pas mau bayar, bertanyalah saudara saya ke penjual dengan menggunakan bahasa Madura. Bukannya menjawab, penjual yang masih berstatus mas-mas muda itu celingukan. Ternyata dia nggak ngerti dengan apa yang saudara saya tanyakan.

Kok bisa? Si penjual rupanya bukan orang Madura. Tapi orang Jawa. Jelasnya Jawa mana saya lupa.

Karena rasa penasaran belum usai, sesi interogasi pun berlanjut menggunakan bahasa Indonesia. Lalu giliran saya bertanya, “Kenapa namanya soto Madura? Ini kayaknya soto Lamongan!”

Si penjual hanya tertawa mendengar pertanyaan kami. Mungkin bingung harus menjawab apa. Bisa jadi malas juga karena jawabannya mungkin akan sangat panjang.

Tentu saya dan saudara nggak memaksa untuk mendapatkan jawaban. Toh kami bukan dalam mode serius bertanyanya. Dari awal kami hanya penasaran saja. Berhubung nggak mendapatkan jawaban pasti, ya sudah lah.

Lepas itu, setidaknya saya dan saudara punya hubungan baik dengan si penjual soto ayam Lamongan berlabel soto Madura tersebut. Lantaran rasa sotonya juga enak banget, kami kerap kembali untuk menikmatinya.

Si penjual juga sangat baik. Beberapa kali dia memberikan bonus berupa tambahan jeroan pada kami. Soal pembeli dan penjual yang seperti tertukar, kami tak pernah lagi membahasnya.

Artikel ini cocok untuk teman atau saudaramu? Yuk, bagikan!

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *