Siapa yang ingin berkebun tapi kesulitan dapat tanah sebagai media tanam? Atau tidak punya lahan yang luas karena tinggal di perkotaan? Sini merapat, saya ada solusi buat kamu, yakni berkebun dengan sistem hidroponik.
Hidroponik adalah metode menanam tanpa tanah. Tanah yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan tempat tumbuh tanaman, bisa kamu ganti dengan air dan beberapa media tanam alternatif. Contohnya arang sekam, cocopeat, rockwool, spons, juga pasir.
Nah, buat kamu yang tertarik dengan metode menanam tanpa tanah ini, kamu perlu mempelajari dulu tentang jenis-jenis hidroponik yang ada. Jenis-jenis ini maksudnya kita akan bicara tentang teknik, metode, atau sistem, ya!
Selayang Pandang Teknik-Teknik Hidroponik
Karena pengertiannya sebagai cara menanam tanpa tanah, maka dimungkinkan ada yang beranggapan jika dalam hidroponik medianya hanya menggunakan air. Pemahaman tersebut tentu tidak salah, tapi untuk saat ini tidak sepenuhnya seperti itu.
Ada kalanya memang media utama hidroponik hanya menggunakan air. Namun, ada juga yang media tanam utamanya justru hanya menggunakan media tanam alternatif. Ada juga yang menggabungkan keduanya, dan ini merupakan teknik yang paling banyak dipakai.
Dalam banyak literatur, seringkali teknik-teknik hidroponik dikelompokkan dalam berbagai kategori. Sebagai calon petani hidroponik, kamu tidak perlu sih berpusing-pusing ria dengan pengelompokan-pengelompokan itu. Cukup pahami apa saja teknik-teknik hidroponik yang populer dan umum digunakan oleh masyarakat.
Toh pada akhirnya nanti, saat kamu paham apa saja teknik-teknik hidroponik yang ada, dengan sendirinya kamu akan bisa mengelompokkannya dengan baik pula.
Jenis-Jenis Hidroponik Populer
Lalu, apa saja jenis-jenis teknik hidroponik? Berikut 7 di antaranya!
1. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
Nutrient Film Technique, kata film di sini bermakna lapisan tipis. Karena itu, hidroponik sistem NFT merupakan sistem hidroponik yang mengalirkan nutrisi (air yang sudah dicampur pupuk) ke seluruh akar tanaman melalui aliran dangkal setinggi 2-4 mm. .
Prosesnya, nutrisi dari bak penampung akan dipompa masuk ke pipa atau talang tempat tanaman tumbuh. Setelah itu, nutrisi dari pipa akan kembali lagi ke bak penampung, lalu dipompa lagi menuju ke pipa. Begitu seterusnya selama 24 jam.
Instalasi pipa dalam sistem NFT berbentuk miring dengan kemiringan antara 2-5 derajat. Tujuannya supaya aliran nutrisi bisa dibuat setipis mungkin dan lajunya stabil. Kemudian, pada bak penampung juga dilengkapi dengan airstone atau aerator untuk menambah pasokan oksigen. Akar tanaman membutuhkan oksigen untuk bernapas dan untuk menyerap unsur hara atau nutrisi.
Hidroponik sistem NFT ini dikembangkan oleh Dr. AJ Cooper pada akhir tahun 60-an di sebuah Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris. Lalu, pada awal tahun 70-an sistem ini digunakan secara komersial. Sampai saat ini, hidroponik sistem NFT populer digunakan dalam skala bisnis.
2. Sistem DFT (Deep Flow Technique)
Hidroponik sistem DFT sangat mirip dengan hidroponik sistem NFT. Perbedaannya, pertama terletak pada posisi instalasi pipa yang menjadi tempat mengalirnya nutrisi. Pada sistem NFT, posisi instalasi pipa dibuat dengan kemiringan tertentu. Sedangkan pada sistem DFT posisi instalasi pipa dibuat datar alias tidak ada kemiringan.
Kedua pada ketinggian air, jika pada sistem NFT ketinggian aliran nutrisi sangat tipis, hanya 2-4 mm. Maka pada sistem DFT, ketinggian larutan nutrisi antara 4-6 cm. Dengan begitu, sebagian akar tanaman akan terendam dalam larutan nutrisi.
Proses sirkulasi nutrisi pada sistem DFT sama dengan sistem NFT. Nutrisi dari bak penampung akan terpompa menuju ke pipa, lalu kembali lagi ke bak penampung, dan dipompa lagi ke pipa. Namun, sistem DFT memiliki kelebihannya sendiri. Karena aliran nutrisi lebih tinggi dan pipa tidak dibuat miring, maka saat mati lampu, nutrisi akan tetap berada dalam pipa. Sehingga tanaman tidak akan pernah kekurangan makanan.
3. Sistem Rakit Apung (Hydroponic Floating System)
Sistem rakit apung atau hydroponics floating system masuk kategori sistem hidroponik sederhana. Dan dalam sejarah, sistem rakit apung ini sudah ada sejak abad ke-15, pengembangnya adalah bangsa Aztec, suku Indian di amerika tengah.
Dalam hidroponik sistem rakit apung, air atau larutan nutrisi tidak dibuat mengalir seperti pada sistem NFT dan DFT. Namun, dibiarkan menggenang atau menetap dalam wadah besar seperti bak atau styrofoam. Pada sistem ini, akar tanaman sepenuhnya langsung terendam dalam larutan nutrisi.
Kelemahan dari sistem rakit apung adalah mudahnya tanaman terserang penyakit busuk akar. Hal ini terjadi karena tanaman terendam dalam air secara terus menerus sehingga kekurangan pasokan oksigen. Kondisi ini kemudian juga menyebabkan akar tanaman mudah terserang jamur, salah satunya jamur Phytopthora sp.
Untuk mengatasi serangan penyakit busuk akar, hidroponik sistem rakit apung harus dilengkapi dengan aerator. Supaya kebutuhan akar tanaman akan oksigen tetap terpenuhi.
4. Sistem Sumbu (Wick System)
Hidroponik sistem sumbu masih satu golongan dengan hidroponik rakit apung. Keduanya sama-sama masuk dalam kategori yang sama, yakni hidroponik kultur air (water culture). Dan menurut buku Teknik Hidroponik terbitan CV Pustaka Bengawan, kultur air merupakan teknik hidroponik yang paling asli. Meski saat ini tentu saja sudah tidak berlaku.
Mirip dengan sistem rakit apung, larutan nutrisi pada hidroponik sistem sumbu tidak dibuat mengalir dan dibiarkan menggenang dalam sebua wadah. Bedanya, jika pada sistem rakit apung akar tanaman langsung terendam seluruhnya dalam larutan nutrisi. Maka tidak begitu dengan hidroponik sistem sumbu.
Pada hidroponik sistem sumbu, akar tanaman menyerap nutrisi melalui bantuan sumbu. Bahan sumbu biasanya menggunakan kain flanel. Dengan cara ini, akar tanaman tidak perlu terendam sepenuhnya ke dalam larutan nutrisi. Dan akar tanaman yang tidak terendam tersebut bisa menyerap oksigen dari ruang terbuka.
Karena itu, hidroponik sistem sumbu ini paling banyak digunakan oleh para pemula. Karena dari segi biaya lebih murah, tidak memerlukan listrik untuk menghidupkan pompa air dan aerator. Meski untuk penggunaan aerator tetap diperbolehkan jika memang mau digunakan.
5. Sistem Irigasi Tetes (Drip System)
Selain drip system, nama lainnya adalah drip irrigation. Dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sistem irigasi tetes. Sesuai dengan namanya, nutrisi pada hidroponik drip system diberikan dengan cara diteteskan.
Pada sistem ini, tanaman terlebih dulu ditanam dalam media alternatif, kebanyakan menggunakan cocopeat dan arang sekam. Kemudian, nutrisi dari bak penampung diteteskan secara perlahan ke media tanam dengan bantuan pompa dan selang khusus.
6. Sistem Aeroponik
Pada hidroponik sistem aeroponik, larutan nutrisi tidak dialirkan, tidak diteteskan, maupun dibiarkan menggenang dalam wadah. Pada sistem aeroponik, nutrisi dari bak penampung akan akan disemprotkan dalam bentuk kabut tipis ke akar tanaman. Alat semprot yang digunakan disebut nozzle spray atau mist nozzle.
Karena nutrisi sampai ke akar tanaman dalam bentuk butiran air yang sangat kecil, nutrisi pun jadi lebih mudah terserap. Lalu untuk menjaga akar tanaman tetap basah, larutan nutrisi akan disemprotkan secara berkala menggunakan timer.
7. Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow)
Kenapa namanya sistem pasang surut? Sebab cara kerja pemberian nutrisinya mirip seperti pasang surut air laut. Dalam waktu-waktu tertentu, pipa tempat pertumbuhan tanaman akan digenangi dengan larutan nutrisi. Lalu pada waktu lainnya larutan nutrisi tersebut akan dikembalikan pada bak penampung.
Untuk mengatur waktu pasang surut larutan nutrisi. Pompa pada hidroponik sistem Ebb and flow akan dihubungkan dengan timer.
Kesimpulan
Sejauh ini, kita sudah mengenal apa saja jenis-jenis hidroponik yang umum digunakan. Pertama hidroponik sistem NFT dan DFT yang nutrisinya dialirkan menggunakan pompa. Ke dua hidroponik sistem rakit apung dan sistem sumbu yang nutrisinya dibiarkan menentap dalam sebuah wadah.
Kemudian ke tiga ada hidroponik drip system yang nutrisinya diteteskan langsung ke media tanam alterntif. Ke empat ada hidroponik sistem aeroponik yang nutrisinya disemprotkan langsung ke akar tanaman dalam bentuk kabut tipis. Terakhir ada hidroponik sistem Ebb and Flow, di mana nutrisi diberikan dengan teknik pasang surut seperti air laut.
Nah, kamu tinggal memilih ingin menggunakan sistem yang mana. Sebagai pemula kamu bisa mulai dari yang sederhana, yakni sistem rakit apung dan sistem wick. Jika mau langsung ke skala bisnis, bisa dimulai dengan sistem NFT atau DFT.
Namun, sebelum memulai, ada baiknya kamu mengetahui kelebihan dan kekurangan hidroponik terlebih dahulu. Supaya kamu lebih siap dalam menghadapi segala tantangan yang ada. Atau kamu juga bisa mengenal lebih dalam tentang pengertian hidroponik sebagai bekal pengetahuan. Semangat!
Kalau bikin hidroponik di area sempit bisa ga sih? Lalu tanaman apa aja yg bisa ditanam di hidroponik? Kudu telaten emang y.
Bisa banget Kak, apalagi kalau dipadukan dengan teknik vertikultur. Sejauh ini tanaman sayur dan buah seperti melon dan semangka yang banyak ditanam dengan hidroponik. Gak cuma hidroponik sih, berkebun secara umum juga harus telaten ngerawatnya.
thanks kak sharingnya. saya ingin banget memulai menanam hidroponik atau sistem lainnya di rumah. tp masih nyari2 informasinya dan prakteknya yg gampang di rumah biar sesuai dengna kesibukan saya sbg IRT yg ngurus segalanya di rumah
Sama-sama Kak, bisa coca pakai sistem wick Kak.
Ternyata sistem hidroponik ini macam-macam ya, ingin sih coba bercocok tanam, tapi saya ga telaten jadi beberapa kali gagal dan enggan mau mencoba lagi
Betul Mbak, macam² jenisnya… yuk semangat, dicoba lagi Mbak…
Paling lama saya terapkan yang sistem wick. karena saya ga perlu menggunakan listrik, jadi hemat listrik, terus ga makan tempat juga. Ada aktivitas menyapa tanaman tiap pagi dan sore juga
Wah keren…
Dijelaskan keunggulan dan kekurangan dari tiap sistem, bisa membuka wawasan buat yang ingin memulai hidroponik, karena memang terbilang tricky tapi mengasikkan ya kalau udah paham seluk beluknya
Kalau terbiasa nanti gak Mbak… hehehe… saya juga mau belajar soale…
Aku seringnya nemu sistem penanaman hidroponik yang rakit apung kalau di sekitarku. Cuma memang penanaman hidroponik tuh emang menarik sjb, mbak.
Wah di mana itu Yun?
Dulu pernah ikut nanam pake media tanpa tanah gini hehe.. terus ngga bertahan lama, sayang banget, Padahal kalau ditekuni bisa menghasilkan yaa mbaa. apalagi untuk tanaman2 yang jangka waktunya pendek dari tumbuh tunas ke buah
Betul Mbak, kalau diseriusi bisa jadi usaha.
Banyak ya jenis hidroponik. Aku pernah liatnya yang NFT. Selain itu belum pernah lihat. Jadi pengen coba juga di rumah tapi takut gajadi ahaha
Hahaha, gagal sudah pasti Mbak… saya aja juga sering kok gagal…
Sebenernya kalau sistem hidroponik begini, gak boleh terkena matahari secara langsung yaa..
Naksir banget sama sistem hidroponik, Tapi melihat berbagai metodenya, asa kudu banyak belajar sama ka Luluk niih.. Melihat langsung pastinya beda yaa.. Lebih mantap saat pengaplikasiannya.
Boleh Mbak… dikasih atap atau greenhouse biasanya lebih untuk melindungi dari hujan dan hama.
banyak ya metode penanaman hidroponik ini, aku lebih sering nemuin yang Sistem Rakit Apung itu. soalnya penerapannya terlihat simple
Betul Kak Indra… yang paling simpel emang…
Ternyata banyak macam teknikhidrophonik ya. Ini baru rencana mau nanam cabe, kangkung dan sawi. Biar bisa metik sendiri kalau mau masak sayur dan sambal. keknya harus pelajari lebih detail lagi nih, mau teknik yang mana.
Betul Mbak…biasanya kalau yang pemula bisa coba yang sistem sumbu
Menarik banget Kak soal tanaman hidroponik ini karena aku emang udah dari lama pengen nanem kayak gini. Kayak lebih rapi aja gitu nggak pakai tanah dan nggak makan tempat. Ternyata ada banyak jenisnya ya Aku tertarik sama yang sistem apung dan aeroponik. Nonton banget Ternyata yang sistem apung tuh mesti pakai aeronik biar akarnya gak gampang busuk.
Iya Kak, apalagi untuk skala bisnis. Kalau cuma hobi mungkin masih aman sih, asal rajin ngecekin tanamannya. Hehehe.
jadi tahu ternyata hydroponik itu banyak macamnya ya ternyata bahkan sampai ada 3 pilihan, sewaktu saya bantu teman saya buatnya yang floating, tenyata memang beda-beda ya namanya. Dari dulu sangat tertarik dengan sistem hidroponik ini, tapi sayangnya belum punya kesempatan untuk mencobanya
Semangat Kak, semoga nanti ada kesempatan ya Kak.
Ternyata nanam secara hidroponik ada banyak sistem nya ya kak. Dan harus telaten juga. Karena nggak bisa asalan. Ada tekniknya sendiri biar hidroponik kita berhasil.
Betul… minimal harus tahu ilmunya dulu juga Kak.
ternyata hidroponik itu banyak jenisnya ya Mbak, selama ini baru tau yang sistem sumbu, dan air aja sih, yang rakit juga kayaknya pernah lihat di medsos tapi belum pernah cobain sih.
yang air biasanya saya pakai itu kalau regrow semacam duan bawang atau sereh sebelum ditanam.
Nah betul, yang regrow pakai air itu bisa masuk kategori hidroponik.
Ternyata hidroponik banyak jenisnya ya kaaa. Suami aku suka banget berkebun, tapi belum kepikiran hidroponik, masih suka tanaman hias aja niiih.. hihi
Tak apa Kak, berkebun memang harus sesuai kesukaan. Bisa menanam tanaman hias, gak harus sayuran. Hehehe