Tantangan berat memulai pola hidup sehat

Mampukah Saya Menaklukkan Tantangan Berat Memulai Hidup Sehat?

Saya sudah belajar, saya juga sudah praktik untuk bisa memulai hidup sehat. Nyatanya, sejauh ini saya masih gagal. Kenapa ya?

Saya pikir dengan belajar, saya akan bisa membuat komitmen dan membentuk mindset yang baik terkait pola hidup sehat. Kenyataanya, saya masih seperti kata peribahasa, anget-anget tai ayam.

Coba cek blog saya, cek pula instagram saya. Kamu akan bisa melihat pola yang sama, saya hanya semangat di awal-awal, lalu mengendur di akhir bulan.

Seperti sekarang, sejak saya memutuskan untuk kembali memulai hidup sehat di awal tahun 2023. Memasuki bulan ke-4 ini, saya merasa belum membentuk kebiasaan baru sama sekali. Saya masih dengan kebiasaan-kebiasaan lama saya. Begadang, overthinking, malas olahraga, dan makan sembarangan.

Baik, baik, saya belum mau menyerah. Jadi saya akan melakukan evaluasi, kenapa semua bisa terjadi?

Konsistensi, Masalah Utama Memulai Pola Hidup Sehat

Oke, saya tahu betul bagaimana cara memulai pola hidup sehat dari hal-hal yang mudah. Buktinya, saya sampai bisa kok membuat tulisan ini, Cara Memulai Hidup Sehat.

Mindset juga sudah cukup terbentuk, jika tidak saya tidak akan pernah praktik. Salah satu praktik yang saya lakukan bisa kamu baca di sini => Program Fat Loss di Rumah.

Lalu kurang apalagi? Satu yang pasti, saya kurang konsisten. Parahnya, selama bertahun-tahun, konsistensi ini adalah hal yang belum bisa saya taklukkan.

Kudu piye, ya?

Alasan Kenapa Kosisten Itu Sulit

Baiklah, setidaknya saya harus tahu, kenapa saya sulit konsisten? Setelah membaca 2 jurnal penelitian, saya akhirnya mendapatkan sendikit pencerahan.

2 jurnal tersebut memang meneliti kaitan antara konsistensi diri dengan minat belajar pada siswa SMP dan Mahasiswa. Namun, penjelasan-penjelasan dalam jurnal-jurnal tersebut mampu membantu saya mengenali faktor-faktor yang menyebabkan saya kurang konsisten.

Konsisten sendiri bisa diartikan sebagai sebuah sikap ketika antara tindakan dan perkataan sesuai. Orang yang konsisten biasanya juga memiliki keteguhan hati untuk memegang prinsip yang diyakini sampai tujuannya tercapai.

Faktor-faktor yang membuat orang tidak konsisten itu banyak. Antara lain kesadaran diri, pengetahuan, motivasi, emosi atau perasaan, prioritas, pola asuh atau kebiasaan, juga lingkungan.

Wah, kalau dibedah satu persatu, bisa panjang nih. Cuma begini, khusus pada kasus yang saya alami, faktor-faktor yang sudah saya sebutkan tadi belum bisa semuanya saya kontrol dengan baik. Padahal kalau mau konsisten, self control-nya harus kuat.

Tantangan Berat Memulai Hidup Sehat

Setelah saya analisis, soal kesadaran diri, pengetahuan, dan motivasi, mungkin sudah mulai terbentuk di diri saya. Saya tinggal memperkuatnya dengan cara jangan berhenti belajar dan mecoba.

Nah faktor lainnya nih yang masih jadi PR, terutama faktor lingkungan dan emosi diri. Begini cerita lengkapnya.

1. Masih Harus Sturgle Soal Keuangan

Uang sebenarnya bukan masalah besar, sekalipun saya masih harus berjuang soal keuangan. Bukan berarti saya tidak bisa memulai hidup sehat. Hanya saja, karena masalah uang ini saya belum bisa sepenuhnya hidup sehat.

Saya tak bisa setiap hari makan protein berupa daging dan ikan-ikanan. Keseringan protein yang saya makan adalah tempe dan tahu. Terkadang terpaksa makan tanpa asupan protein sama sekali.

Andalan saya memang memperbanyak sayur saja tanpa buah. Sebab buah bagi saya juga masih mahal.

Hal itu sudah bagus sebagai langkah awal dalam memulai hidup sehat. Sebab di luar itu, saya tidak menyentuh makanan dan minuman yang tinggi garam, gula, dan minyak. Seperti makanan dan minuman manis, camilan, makanan berlemak dan beminyak, makanan berbahan tepung-tepungan, produk olahan daging, juga semua jenis makanan instan buatan pabrik.  

2. Terjebak Acara Hajatan

Di awal bulan, sudah berhasil tuh saya mencegah aneka makanan dan minuman yang tinggi gula, garam, dan lemak. Saya benar-benar hanya makan makanan menu utama 2 atau 3 kali sehari. Berupa nasi, sayur, dan protein.

Menjelang setiap akhir bulan, selama Januari-Februari 2023, ada saja godaan yang datang. Saya selalu mendapat undangan dari saudara dekat yang mengadakan hajatan. Di bulan Februari malah ada 2 hajatan.

Setiap kali ada hajatan, saya datangnya bukan pas hari H saja. Saya datang dari 2 hari sebelumnya untuk bantu-bantu masak. Di situlah tersedia aneka makanan enak yang sebenarnya pantang untuk saya makan.

Harusnya, selain membantu saudara mempersiapkan aneka hidangan untuk hajatan. Saya juga perlu menyiapkan makanan untuk diri saya sendiri. Namun, saya tidak melakukannya sehingga saya terpaksa makan apa yang tersedia.

Dan hancurlah pola hidup sehat yang sudah saya bangun.

3. Mood Suka Berubah Drastis Menjelang PMS

Sudah terjebak acara hajatan, eh disusul PMS. Jadinya, bukan hanya rencana hidup sehat yang berantakan, berbagai agenda menulis ikut amburadul.   

Seminggu menjelang PMS, mood saya mulai berubah perlahan. Malas berpikir, malas bergerak, cepat lelah dan cepat marah. Kondisi ini biasanya terus terjadi sampai masa PMS berakhir. Selama PMS pula, keinginan untuk makan makanan yang berlemak dan minum minuman manis makin meningkat.

4. Target Sering Berubah dan tidak Realistis

Kondisi yang tak terkendali ternyata juga didukung dengan target saya yang sering berubah dan cenderung tidak realiastis. Sedari awal saya sudah menetapkan akan berlatih hidup sehat.

Tujuannya sederhana saja, saya hanya ingin mengubah pola hidup saya yang lama secara perlahan. Pola hidup yang tidak memperhatikan kesehatan. Apa saja dimakan, tidak peduli baik untuk tubuh atau tidak, jumlahnya cukup apa berlebihan.

Jadi saya tidak perlu langsung pure hidup sehat karena memang belum mampu. Misal tidak mengonsumsi minyak, gula, garam, dan nasi sama sekali. Banyak makan daging-dagingan, ikan-ikanan, dan buah.

Semua hanya perlu saya mulai dari langkah-langkah sederhana yang bisa saya lakukan. Maka kata kunci yang saya tetapkan dari awal adalah ‘mengurangi’. Sehingga saya memilih tetap makan nasi. Dalam mengolah lauk dan sayur juga masih menggunakan minyak goreng, garam, dan penyedap.

Sayangnya, tujuan yang begitu sederhana ini berubah jadi lebih rumit ketika tanpa sadar saya mengubahnya. Merasa berhasil sedikit saja saya mulai aneh-aneh. Mulai ketat sama nasi dan minyak, serta mulai menargetkan turun BB secara cepat. Sementara sejak awal sudah memutuskan untuk tidak fokus pada BB. 

5. Pribadi yang Cepat Putus Asa

Ternyata saya belum sadar juga, saya adalah tipe orang yang harus berjalan santai. Menikmati semua proses dengan sepenuh hati tanpa perlu target yang berat. Karena saya adalah orang yang cepat putus asa.

Sedikit saja merasa gagal, bisa membuat saya uring-uringan tidak karuan. Akibatnya mood dan semangat saya melepuh begitu saja. Dan ketika mood serta semangat saya rusak, akan sulit bagi saya untuk kembali normal.

6. Kesehatan Belum jadi Prioritas

Saya boleh mengatakan saya sudah belajar, saya sudah paham ilmunya. Saya melakukan ini atas motivasi dan kesadaran dari dalam diri.  Mindset juga sudah terbentuk karena saya sudah praktik berkali-kali meski selalu gagal.

Setelah saya pikir-pikir ulang, rasanya itu saja tidak cukup. Saya belum menjadikan kesehatan sebagai prioritas. Sehingga saya lebih sering memilih merusak pola hidup yang sudah saya bangun ketimbang mempertahankannya mati-matian.

Meningkatkan Self Control agar Bisa Menaklukkan Tantangan Berat Memulai Hidup Sehat

Saya tetap bersyukur, meski saya adalah pribadi yang cepat putus asa, tapi saya tidak mudah menyerah. Tulisan ini pun saya buat sebagai bentuk perjuangan saya untuk terus melakukan apa yang sudah saya mulai.

Melalui tulisan ini, setidaknya saya jadi bisa mengevaluasi dan menganalisis tantangan berat memulai hidup sehat yang saya hadapi. Jawabannya adalah saya belum bisa konsisten akibat 6 faktor yang sudah saya ceritakan tadi.

Solusinya satu, saya perlu meningkatkan self control saya. Supaya, saya bisa menjadi pribadi yang kuat saat berhadapan dengan banyak pemicu yang berpotensi merusak pola hidup sehat yang sedang saya mulai.

Caranya gimana? Inilah PR saya selanjutnya. Jujur saya belum tahu bagaimana cara membentuk self control ini. So, saya harus mempelajarinya.

Mampukah saya? Please, mampu ya Luk. Yuk, bisa Yuk!

Referensi:

  • file:///D:/video%20diklat%20kepsek/116-355-1-PB.pdf
  • https://journal.ilininstitute.com/index.php/konseling/article/download/339/184
Artikel ini cocok untuk teman atau saudaramu? Yuk, bagikan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *