Berani tidak Disukai – Saya pernah loh jadi manusia anti kritik. Parahnya lagi, saya selalu menuntut diri saya untuk disukai oleh semua orang. Jadi, kalau melakukan kesalahan sedikit saja. Langsung deh uring-uringan nggak jelas.
Kondisi itu menyiksa banget. Rasanya amat sangat tidak nyaman. Entah bagaimana awalnya. Sepertinya karena pengaruh lingkungan tumbuh sedari kecil.
Untungnya sekarang saya sudah setengah insyaf. Hehehe. Kenapa baru setengah? Ya karena saya sadar, keinginan untuk selalu disukai, diapresiasi, dan dipuji, itu salah besar.
Namun pada praktiknya, saya sulit menerapkannya. Masih ada banyak rasa tidak enak hati ketika ada orang yang tidak menyukai diri saya. Serta apa-apa yang berkaitan dengan saya.
Berani tidak Disukai
Bicara tentang ‘berani tidak disukai’, saya sebenarnya ingin membaca sebuah buku karya 2 penulis Jepang. Namanya Ichiro Kisimi dan Fumitake Koga.
Saya ingin tahu lebih dalam. Konsep ‘berani tidak disukai’ itu seperti apa? Apakah cuek pada segala hal dan pendapat orang lain? Kalau tidak, apa yang boleh dan tidak boleh saya hiraukan?
Sayangnya, impian untuk bisa membaca buku tersebut masih belum bisa terwujud dalam waktu-waktu dekat ini. Jadi, ya mari belajar dari berbagai referensi lainnya.
Tombol Dislike Youtube
Youtube merupakan platform yang menyediakan tombol dislike atau tidak suka. Entah apa alasannya, saya belum mencari tahu.
Tak sekali, ratusan kali saya melihat banyak video di Youtube yang mendapatkan dislike. Cuma saya tak pernah ambil pusing soal itu.
Pertama, saya sepertinya belum pernah menekan tombol dislike untuk video siapapun. Semoga ingatan saya benar. Ya, rasanya tak tega ja. Saya tahu bikin video itu tidak mudah. Kedua, toh yang dapat dislike bukan saya.
Sampai akhirnya, saya mulai mencoba upload video shorts di Youtube. Dan saya pun tahu rasanya dapat dislike. Hehehe.
Awalnya kaget. Saya mikir gini. Ealah, baru juga mulai. Udah ada yang dislike ja. Kan bikin saya jadi patah semangat.
Apa berhenti ja ya? Langsung deh, mental ‘kalah sebelum berperangnya’ muncul.
Pelajaran dari Youtube
Karena saya sudah setengah insyaf dari pola ‘hidup untuk orang lain’. Buru-buru saya mengevaluasi pemikiran saya.
Tidak disukai sebenarnya adalah sebuah kondisi yang wajar. Jadi saya perlu berlatih membiasakan diri untuk mengalami dan merasakannya.
Lagian, karena ini ranah karya. Ya wajar-wajar saja jika ada orang yang tidak suka. Bisa jadi, memang apa yang saya buat tidak sesuai dengan selera mereka. Bisa juga, karya saya memang belum bagus sebenarnya.
Selanjutnya, saya sendiri tinggal menilai secara objektif. Kalau kaitannya selera, ya saya tak bisa menyalahkan selera orang dong?
Kalau soal kualitas video yang saya buat? Artinya saya harus berusaha untuk membuat video yang lebih bagus lagi. Iya kan?
Jadi sepertinya, berani tidak disukai bukan hanya soal cuek dengan pendapat dan pandangan orang lain. Tapi juga, bagaimana cara kita merespon rasa tidak suka yang ditujukan pada kita dengan lebih selow dan bijak.
Itulah pelajaran yang saya dapatkan dari Youtube.
One thought on “Youtube Mengajariku untuk Berani tidak Disukai”