Cara membuat JMS

Cara Membuat Pupuk JMS: Solusi Cepat untuk Menggemburkan Tanah

Saya termasuk orang yang antusias dengan hadirnya Jadam. Karen itu saya langsung mencoba untuk mempraktikkannya.

Memang, tak semua teknologi dalam Jadam bisa saya terapkan 100%. Ada banyak hal yang perlu saya sesuaikan dengan kondisi saya.

Tapi setidaknya, dua teknologi dari Jadam bisa saya buat dan bisa saya gunakan. Salah satunya adalah JMS atau Jadam Microbial Solution.

Pada tulisan kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya ketika saya membuat pupuk JMS.

Pelajari lebih mendalam tentang 👉 Apa itu Jadam?

Apa Itu JMS (Jadam Microbial Solution)?

Jadam Microbial Solution (JMS) merupakan larutan mikroba (bioaktivator) yang fungsinya sebagai pembenah tanah. Maksudnya, cairan ini dapat membantu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah.

Cara membuat JMS sangat mudah. Kita hanya memerlukan garam laut, sumber karbohidrat, dan leaf mold (humus daun) sebagai starter.

Garam laut bisa diganti dengan garam dapur atau air laut. Sumber karbohidratnya bisa apa saja, namun yang terbaik adalah kentang rebus. Sementara leaf mold bisa kita ambil di kebun-kebun dekat rumah kita.

Kata pendiri Jadam (Young Sang Cho), penggunaan larutan JMS secara terus menerus bisa menggemburkan tanah. Sehingga dalam jangka panjang, kita tak perlu repot-repot membajak sawah.

pupuk JMS usia 1 hari
JMS usia sehari yang saya buat

Manfaat Jadam Microbial Solution

Fungsi utama JMS memanglah sebagai pembenah tanah. Namun manfaat JMS akan semakin optimal jika penggunaannya dilengkapi dengan berbagai materi organik seperti daun, ranting, dan rumput.

Saat JMS berpadu dengan materi organik, maka JMS bukan hanya berfungsi sebagai  pembenah tanah. Tapi juga akan berfungsi sebagai pupuk dasar yang baik bagi tanah.

Maksudnya gimana tuh? Dalam larutan JMS terdapat aneka jenis mikroba yang kita dapatkan dari leaf mold. Nah, mikroba-mikroba ini nantinya akan bertugas sebagai pengurai berbagai materi organik yang kita masukkan ke dalam tanah.

Materi organik yang terurai, tentunya akan menjadi kompos yang berguna sebagai pupuk dasar bagi tanaman.

Kompos dari gulma dan sisa tanaman
Sisa tanaman dan gulma di ladang yang saya masukkan ke dalam tanah. Baik sisa tanaman maupun gulma-gulma ini nantinya akan busuk dan diurai oleh mikroorganisme dari larutan JMS.

Leaf Mold: Kunci Kesuksesan dalam Membuat JMS

Sebelum membuat JMS, kita perlu tahu dulu alasan penggunaan kentang, garam, dan leaf mold.

Membuat JMS itu kan sebenarnya kita mengembangbiakkan mikroba sendiri. Karena itulah dua bahan pembuatnya adalah leaf mold dan kentang.

Kentang sudah jelas, yakni sebagai sumber karbohidrat atau sumber makanan bagi mikroba. Dan Kentang ini bisa diganti dengan jenis karbohidrat yang lain.

Sementara leaf mold berfungsi sebagai starter atau sumber mikroba. Kok bisa?

Leaf mold atau humus daun adalah dedaunan kering yang sudah melapuk secara alami (tanpa campur tangan manusia). Dalam proses pelapukannya sudah pasti melibatkan aneka jenis mikroba. Karena itu, leaf mold ini adalah starter mikroba gratis yang bisa kita dapatkan dari alam.

Leaf mold
Leaf mold atau humus daun

Mikroba dalam leaf mold yang kita ambil dari lingkungan terdekat bisa disebut sebagai mikroorganisme lokal (MOL). Kelebihan mikroorganisme lokal sudah tentu mereka lebih sesuai dengan lingkungan lahan pertanian kita.

Sama seperti manusia, hanya orang-orang lokal yang memahami dengan baik adat istiadat tempat mereka tinggal.

Garam: Sumber Aneka Mineral

Kenapa dalam pembuatan JMS menggunakan garam laut? Apa fungsinya?

Air laut mengandung 83 jenis mineral. Beberapa diantaranya adalah mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Seperti sulfur, magnesium, kalsium, potasium, dan boron.

Mineral air laut juga sangat identik dengan mineral dalam cairan plasenta, darah, dan sel tanaman.

Selain dua alasan tersebut, penggunaan garam laut bertujuan untuk menetralkan larutan JMS.

Cara Mendapatkan Leaf Mold

Leaf mold bisa kita dapatkan dengan mudah dari hutan atau kebun. Saya sendirri mengambil leaf mold di kebun Kakak saya yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Di kebun tersebut, saya mencari area yang tidak pernah di bersihkan. Jadi daun-daun yang berguguran tertumpuk begitu saja dan akhirnya melapuk menjadi humus.

Berbekal informasi dari Ibu saya yang memelihara kebun Kakak saya. Area yang tidak pernah dibersihkan setahunan labih ada di bagian ujung barat kebun.

Seperti apa penampakan lokasinya? Bisa kamu lihat pada gambar di bawah.

tempat mendapatkan leaf mold
Lokasi kebun tempat saya mencari leaf mold

Cara Membuat Pupuk JMS

Ada banyak petunjuk cara membuat pupuk JMS di Youtube. Dari sekian banyak petunjuak yang ada, saya menemukan satu yang paling mudah dalam hal takaran bahan.

Jadi, saya menirunya dan Alhamdulillah berhasil. Berikut langkah-langkah selengkapnya:

Bahan:

  • Garam laut 1 sdm
  • Kentang 50 gr (1 buah berukuran sedang)
  • 1 genggam leaf mold

Cara Membuat:

  • Rebus kentang sampai lembut, sekitar 15-20 menit.
  • Sambil merebus kentang, siapkan 10 liter air dalam ember.
  • Masukkan garam dan aduk sampai semuanya larut.
  • Jika kentang sudah matang, potong-potong kentang dan bungkus dengan kain, kemudian lumatkan sampai hancur.
  • Masukkan kentang ke dalam air, remas-remas kentang supaya patinya keluar.
  • Bungkus leaf mold dengan kain, kemudian masukkan ke dalam air juga, remas-remas supaya butiran-butiran leaf mold menyatu dengan air.
  • Biarkan kentang dan leaf mold terus berada di dalam bak dan tunggu sampai 3 hari.
  • Setelah tiga hari, larutan JMS telah mencapai puncak kematangannya sehingga siap untuk diaplikasikan.
  • Cek larutan JMS setiap 12 atau 24 jam sekali untuk melihat perkembangan mikroba, jika muncul buih-buih seperti busa, tandanya mikroba berhasil dikembangbiakkan.
Cara membuat pupuk JMS
Cara membuat pupuk JMS

Cara dan waktu aplikasi Pupuk JMS

Waktu paling baik untuk mengaplikasikan JMS adalah saat mikroba mencapai puncaknya. Yakni setelah JMS berusia 36 jam atau 3 hari. Saat mikroba sedang aktif-aktifnnya, ia harus segera dipindahkan ke media tanam sebagai tempat perkembangbiakan selanjutnya.

Lebih dari 3 hari, buih dalam JMS biasanya akan terus berkurang. Itu artinya, JMS akan kehilangan fungsinya sebagai pembenah tanah.

Ada dua cara dalam mengaplikasikan JMS. Pertama secara murni tanpa tambahan air jika tanah sedang tidak ditanami. Kedua, jika tanah sudah ditanami, maka JMS harus dicampur dengan air. Perbandingan antara larutan JMS dengan air adalah 1:10.

Seperti yang sempat saya singgung di awal. Penggunaan JMS akan semakin optimal jika media tanam mengandung materi organik seperti sisa-sisa tanaman atau rumput.

Oleh karenanya, saat penyiapan lahan atau saat pengolahan lahan. Tambahkan sisa-sisa tanaman dari musim tanam sebelumnya ke dalam media.

Lalu seberapa sering JMS harus diaplikasikan? Sesuai petunjuk yang saya dapatkan dari Youtube Munandar TV, aplikasikan JMS sebanyak 4 kali sebelum penanaman. Jika tanaman sudah tumbuh, aplikasikan JMS dilakukan sebelum pembungaan.

Cara Membuat Pupuk JMS: Evaluasi Hasil

Pertama kali membuat JMS saya gagal lantaran tidak mengikuti resep yang ada. Saya menggunakan 7 sdm garam laut. Padahal anjurannya hanya 1 sdm per 10 liter air.

Di percobaan kedua akhirnya saya berhasil setelah menggunakan resep seperti yang sudah saya jelaskan. Evaluasinya, buihnya saja kurang banyak. Jika saya bandingkaan dengan hasil orang lain, buih di JMS saya jumlahnya jauh lebih sedikit.

Pupuk JMS usia 3 hari
Pupuk JMS usia 3 hari yang saya buat

Tapi setidaknya JMS saya tetap masuk kategori berhasil (menurut saya 😄). Sebab tetap ada buihnya meski tidak melimpah, artinya mikrobanya ada dong.

Ke depan, jika ingin membuat lagi mungkin saya harus benar-benar mencoba resep asli dari Jadam sendiri. Yakni dalam 10 liter air membutuhkan 50 gr garam laut, 50-150 gr kentang rebus, dan 500 gr leaf mold.

Selain itu saya juga perlu uji coba terkait air, saya menduga jika air yang saya gunakan tidak cocok untuk perkembangbiakan mikroba. Pertama, air di Madura mengandung banyak kapur, mungkin tidak cocok untuk perkembangbiakan mikroba. Kedua, air yang saya gunakan sebelumnya sudah ada di tandon air berhari-hari, bisa jadi airnya sudah tidak lagi murni.

Yap, itulah hasil praktik saya membuat pupuk JMS. Hasilnya memang belum optimal. Selanjutnya saya perlu melakukan uji coba lagi sampaai berhasil. So, jangan lupa untuk kembali berkunjung ke blog ini! 🤗

Artikel ini cocok untuk teman atau saudaramu? Yuk, bagikan!

5 comments

  1. Bagaimana kalau rebusan kentang nya di blender kak?….dan bagaimana kalau garam nya di tiadakan….

    1. Kalau boleh tau, kenapa kentangnya mau diblender dan kenapa tidak mau memakai garam?

      Karena begini. Kalau membuatnya skala kecil, lebih praktis dibejek-bejek atau diremas-remas dibandingkan diblender. Baru kalau membuatnya skala besar, misal dosis kentangnya sampai 3 kg, mungkin diblender lebih praktis. Cuma, apakah nanti pupuk JMSnya akan jadi? Itu yang perlu dicoba, karena saya juga belum mencari tahu lebih jauh, apakah proses penghancuran kentang dengan blender akan berefek ke mikroba atau tidak.

      Nah soal garam. Ini juga perlu dicoba Kak kalau gak mau pakai. Sepemahaman saya, garam itu kan antibiotik, makanya pakainya nggak boleh banyak-banyak. Kalau berlebih, justru bisa membunuh mikroba nantinya. Jadi rasanya, nggak masalah meski tidak mau dipakai.

      Cuma, balek lagi Kak. Manfaat garam kan bagus untuk tanaman. Jadi sayang aja kalau tidak dipakai.

      Intinya, kalau kentang mau diblender dan nggak mau pakai garam. Kakaknya perlu uji coba sendiri. Saya juga tidak bisa memberikan jawaban pasti, karena saya belum mempelajari lebih lanjut.

      Begitu ya, Kak. Semoga jawaban saya bisa sedikit membantu Kakak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *