Saya sedang merencanakan perjalanan ke Singapura yang belum tentu segera dilakukan, tapi sudah lama ingin kucoba. Bukan lewat pesawat—meski jelas lebih cepat—melainkan lewat jalur laut.
Ada sesuatu yang menarik dari membayangkan perjalanan yang pelan, berlapis, dan penuh persinggahan. Karena itulah aku mulai mengulik rute laut menuju Singapura, mencoba menyusun gambaran yang masuk akal tentang bagaimana perjalanan ini bisa terjadi dari Madura (tempat tinggal saya).
Dalam proses mencari informasi itulah saya sempat menelusuri area terbaik untuk sewa di SG, sekadar berjaga-jaga kalau nanti aku benar-benar tiba di sana setelah perjalanan panjang ini.
Rasanya wajar menyiapkan hal-hal kecil seperti ini sejak awal, apalagi ketika rute yang kupilih bukan rute instan. Semua masih berupa riset, pencarian, dan catatan-catatan kecil yang nanti bisa berubah.
Tapi dari sini, pelan-pelan perjalanan yang tadinya hanya bayangan mulai tampak lebih nyata, setidaknya di atas kertas.
Kenapa Memilih Jalur Laut?
Dari awal, aku memang ingin perjalanan yang lebih hidup, bukan yang serba instan. Naik pesawat tentu jauh lebih cepat, tapi untuk rencana kali ini aku ingin merasakan prosesnya—berpindah pelabuhan, melihat alur laut, dan menikmati perjalanan yang pelan tapi terasa.
Selain itu, jalur ini juga bukan rute yang umum dipilih orang. Justru itu yang membuatnya menarik. Ada rasa penasaran ingin melihat sendiri bagaimana jalur Madura sampai Singapura bisa tersambung lewat laut dan beberapa titik transit.
Dan karena perjalanan ini belum pernah kulakukan, rasanya wajar kalau aku melakukan riset lebih dulu. Minimal, aku ingin tahu alurnya supaya tidak bingung atau kesasar di tengah perjalanan nanti.
Titik Awal: Madura → Pelabuhan Perak, Surabaya

Dari Madura, rute awal yang paling masuk akal adalah menyeberang lewat Pelabuhan Kamal–Ujung. Berdasarkan riset yang saya temukan ditambah pengalaman pribadi juga, Kapal Ferry di jalur ini biasanya beroperasi dari pukul 06.00 sampai 18.00 WIB.
Durasi penyeberangannya singkat, sekitar 30-45 menit, sehingga cukup fleksibel untuk memulai perjalanan lebih pagi atau agak siang.
Setelah tiba di Pelabuhan Ujung, Surabaya, perjalanan belum selesai. Dari sini, saya masih harus menuju Pelabuhan Tanjung Perak, tempat kapal besar menuju Batam berangkat.
Jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi tetap perlu dihitung waktunya supaya tidak terburu-buru, terutama jika ingin langsung melanjutkan perjalanan dengan kapal Pelni.
Secara keseluruhan, tahap awal ini cukup mudah—tinggal pilih jam penyeberangan yang sesuai dan pastikan perjalanan dari Pelabuhan Ujung ke Pelabuhan Tanjung Perak berjalan lancar. Setelah itu barulah petualangan laut yang lebih panjang benar-benar dimulai.
Perjalanan Panjang: Surabaya → Batam (Kapal Pelni)
Setelah tiba di Surabaya, perjalanan dilanjutkan menuju Batam menggunakan kapal Pelni. Dari beberapa rute yang kutemukan, salah satu kapal yang paling sering disebut untuk jalur ini adalah KM Kelud.
Kapal ini melayani rute Surabaya–Batam (dan sebaliknya) dengan jadwal yang berubah-ubah, jadi pengecekan langsung ke situs Pelni menjadi langkah penting sebelum benar-benar berangkat.
Dari referensi yang saya baca, perjalanan laut Surabaya–Batam ini memakan waktu sekitar 2 hari 20 jam. Cukup panjang, tapi masuk akal karena kapal harus berhenti di beberapa pelabuhan lain (Gresik, Semarang, Tanjung Priok) sebelum akhirnya tiba di Kepulauan Riau.
Untuk saya, bagian ini justru menjadi titik paling besar dalam keseluruhan rute laut menuju Singapura—semacam inti perjalanan yang benar-benar menentukan alurnya.
Soal tiket, kelas yang tersedia cukup beragam: mulai dari ekonomi hingga kabin yang lebih nyaman. Harga tiket berubah sesuai jadwal dan kelas, sehingga lebih aman untuk mengecek ulang sebelum membuat rencana final.
Yang pasti, perjalanan panjang dengan kapal besar seperti KM Kelud ini butuh kesiapan fisik dan mental, apalagi jika belum terbiasa dengan ritme perjalanan laut.
Bagian ini membuat saya semakin sadar bahwa perjalanan Madura–Singapura via laut bukan hanya soal berpindah tempat, tapi soal menyesuaikan diri dengan waktu, ombak, dan jeda yang lebih panjang daripada perjalanan udara.
Baca Juga: Tips Solo Traveling Bagi Wanita
Transit di Batam (Istirahat & Pengaturan Ulang)

Setelah perjalanan panjang dengan kapal dari Surabaya, saya berencana menjadikan Batam sebagai tempat singgah sementara.
Alasannya sederhana: saya butuh waktu untuk istirahat, menata ulang tenaga, dan menyiapkan diri sebelum melanjutkan perjalanan terakhir menuju Singapura.
Kebetulan saya juga punya seorang teman di Batam, jadi mampir sebentar rasanya akan membuat perjalanan ini terasa lebih hangat dan tidak terburu-buru.
Di Batam sendiri ada beberapa pelabuhan yang melayani rute menuju Singapura. Dari hasil riset, tiga pelabuhan yang paling sering digunakan adalah:
- Batam Centre: Pelabuhan terbesar dan paling populer karena jadwalnya banyak serta dekat dengan pusat kota.
- Harbour Bay: Sering dipilih untuk perjalanan yang lebih cepat menuju HarbourFront di Singapura, cocok untuk yang tidak ingin terlalu jauh dari area kota.
- Sekupang: Pilihan lainnya yang juga memiliki jadwal rutin dan proses keberangkatannya relatif lancar.
Dari berbagai pendapat yang saya baca, Batam Centre adalah opsi yang paling direkomendasikan untuk first-timer karena jadwalnya paling padat dan aksesnya mudah. Tapi tentu saja, nanti saya akan menyesuaikan dengan waktu kedatangan kapal Pelni dan kondisi saya sendiri saat tiba di Batam.
Etape Terakhir: Ferry Batam → Singapura
Bagian terakhir dari perjalanan ini sebenarnya yang paling singkat, tapi justru terasa paling mendebarkan bagi saya.
Dari Batam ke Singapura, perjalanan dengan ferry hanya memakan waktu sekitar 45–60 menit, tergantung pelabuhan keberangkatan dan jadwal yang dipilih.
Dari hasil riset saya, ada dua pelabuhan yang umum menjadi tujuan di Singapura:
- HarbourFront Centre, cocok kalau ingin langsung terhubung dengan mall dan MRT.
- Tanah Merah Ferry Terminal, biasanya dipilih jika ingin melanjutkan perjalanan ke area timur Singapura atau langsung menuju Changi.
Untuk bisa berangkat, saya perlu mempersiapkan beberapa hal dasar:
- Tiket Kapal Ferry, yang bisa dipesan langsung di loket atau secara online melalui situs resmi operator.
- Proses imigrasi, baik di Batam maupun setelah tiba di Singapura. Prosesnya tidak rumit, tapi tetap harus menyediakan dokumen perjalanan yang lengkap.
- Barang bawaan, terutama memastikan tidak membawa barang terlarang atau cairan berlebihan yang bisa memicu pemeriksaan tambahan.
Membayangkannya saja sudah membuat saya merasa sedikit deg-degan. Bukan karena perjalanan lautnya, tapi karena ini adalah titik di mana seluruh rute yang saya susun—dari Madura, Surabaya, hingga Batam—akhirnya bertemu pada satu momen keberangkatan menuju Singapura.
Perjalanan laut yang panjang ini mungkin belum saya lakukan, tapi membayangkannya saja sudah memberi rasa semangat tersendiri.
Penutup
Untuk saat ini, semua ini masih berupa rencana yang bisa berubah kapan saja. Saya masih akan terus memperbarui informasi—mulai dari jadwal kapal, harga tiket, sampai detail kecil yang mungkin baru kusadari nanti.
Tapi setidaknya, riset awal ini sudah cukup memberiku gambaran tentang bagaimana rute laut menuju Singapura bisa ditempuh dari Madura.
Semoga catatan ini juga bermanfaat untuk kamu yang lagi mempertimbangkan jalur serupa. Bahkan kalau tujuanmu berbeda, punya acuan dasar seperti ini bisa membantu menghindari kebingungan di perjalanan.
Kalau kamu benar-benar ingin mencobanya, jangan lupa selalu cek ulang jadwal, kondisi cuaca, dan informasi keamanan terbaru sebelum berangkat. Rute laut itu dinamis, dan akan lebih nyaman kalau kamu menyesuaikan rencana dengan kondisi hari itu.
Pada akhirnya, buat saya perjalanan ini bukan soal mencapai Singapura secepat mungkin. Ini tentang menikmati prosesnya—melihat jalurnya, memahami ritmenya, dan membiarkan perjalanan berjalan pelan tapi bermakna.
Semoga suatu hari nanti rute yang sekarang masih ada di atas kertas ini bisa benar-benar saya lalui.



